Tulisan ini masih berhubungan dengan kegiatan Kontes Robot Indonesia (KRI) 2016 yang lalu. Kebetulan karena saya harus mengikuti kegiatan di kampus terlebih dahulu, saya tidak pergi naik bus ke Surabaya bersama dengan mahasiswa. Agar sampai ke Surabaya tepat waktu, saya memutuskan untuk naik pesawat. Saya agak mendadak mencari tiket (H-2) dan untungnya saya mendapatkan tiket maskapai Garuda Indonesia dengan harga yang terjangkau. Maskapai ini memungkinkan penumpang untuk melakukan web check in dan cetak mandiri boarding pass.
Disambut dengan wajah baru Bandara Hussein Sastranegara
Tanggal 31 Mei 2016, Pukul 14.45, saya tiba secara terburu-buru di bandara karena kemacetan lalu lintas. Begitu saya membuka pintu taksi, saya disambut dengan wajah baru bandara Hussein Sastranegara. Beberapa waktu yang lalu, saya memang pernah membaca berita mengenai renovasi bandara yang diprakarsai oleh walikota Bandung, bapak Ridwan Kamil. Saya setuju dengan beliau karena bandara merupakan halaman depan sebuah kota atau negara. Kesan pertama akan selalu dikenang oleh turis yang datang ke Bandung.
Karena saking takjubnya dengan suasana baru bandara ini, saya sampai lupa memfoto wajah baru bandara Hussein ini. Sebagai ilustrasi berikut foto yang saya ambil dari internet.
Pangling bukan melihat bandara kota Bandung tercinta ini menjadi berubah 180 derajat? Akan tetapi, yang disayangkan adalah proses boarding dari terminal menuju pesawat di apron masih belum memadai. Penumpang harus turun dari terminal kemudian berjalan cukup jauh menuju pesawat. Mungkin akan lebih baik jika di bandara ini dilengkapi dengan Garbarata (belalai gajah) untuk tempat berjalan penumpang dari terminal ke pesawat.